Jumat, 27 November 2009

Keutamaan Senyum

Rasulullah Bersabda :

"Jangan meremehkan perbuatan kebaikan sesuatupun, walau sekadar menyambut kawan dengan wajah yang ceria." (H.R. Muslim)

Wajah adalah media ekspresi seseorang. Dari wajah dapat tergambar apa yang dirasakan atau yang sedang dialami seseorang. Jika seseorang menutup wajahnya maka sulit sekali untuk mengenali siapa ia, begitupun sebaliknya jika seluruh tubuh kecuali wajah yang tertutup maka sangatlah mudah untuk mengenal siapa ia. Wajah juga menggambarkan sisi dalam manusia. Orang yang bahagia, gembira wajahnya akan terlihat ceria dan selalu tersenyum, sedangkan yang gundah atau kesal wajahnya akan terlihat muram dan masam.

Di wajah terdapat pula indra-indra manusia, seperti telinga, hidung dan lidah. Bahkan akalpun tidak jauh dari wajahnya. Karena itulah wajah dipilih Al-Qur’an dan Sunnah sebagai lambang totalitas manusia. Allah SWT berfirman : "Pada hari yang di waktu itu ada muka yang yang menjadi putih berseri, dan ada pula yang menjadi muka hitam muram." (QS. Ali Imran : 106).

Keceriaan di wajah merupakan wujud nyata dari sisi dalam manusia. Ibn Sina, seorang ilmuan muslim, mengemukakan bahwa salah satu sifat orang arif adalah selalu senyum gembira. Karena itulah Rasulullah SAW dilukiskan selalu bersikap bermuka manis dalam menghadapi siapapun. Senyuman Rasulullah SAW mencerminkan indahnya akhlak beliau dalam tindak tanduknya sehari-hari. Manis senyumnya memancarkan keindahan bagai menembus dimensi waktu ribuan tahun dan jarak ribuan kilometer. Itupun akan terus berlanjut hingga kiamat nanti. Sampai sekarang pun kita masih merasakan getar-getar senyuman kasih sayang beliau yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Itulah kemuliaan beliau terasa sampai saat ini.

Namun demikian, senyum adalah salah satu tabiat manusia yang sedikit misterius, yang mempunyai maksud tersirat dan tujuan tertentu. Ada pula yang mengatakan bahwa senyuman adalah sesuatu yang aneh tetapi nyata. Walaupun semua orang punya bibir, namun untuk urusan yang satu ini tidak semua orang mampu untuk melakukannya terlebih ketika seseorang sedang marah, biasanya susah sekali untuk melepaskan diri dari cemberut. Wajah yang semulanya rupawan, kalau sedang marah jadi kelihatan buruk dan menakutkan.

Senyum adalah hal kecil yang bisa menimbulkan efek luar biasa. Senyum bukan sekedar menggerakkan otot-otot muka, tetapi lebih kepada pergerakan suasana hati. Dan orang yang melihat senyum itu pun akan terpengaruh suasana hatinya. Jadi senang, ceria, bahkan grogi atau bingung. Karena setiap orang punya ciri khas dalam senyumnya, yang kadang misterius.

Senyum itu memiliki kekuatan. Namun, ternyata orang bisa tak mudah untuk selalu tersenyum. Padahal senyum itu bisa menjadi obat bagi diri sendiri dan semangat bagi orang lain. Karena senyum itu juga terkait dengan filosofi yang dianut seseorang terhadap apa saja dalam dirinya. Berlatih senyum merupakan terapi jitu untuk membuat wajah seseorang lebih hangat dan menyenangkan. Mudah memberi senyum pada seseorang juga akan meningkatkan rasa perhatian kita pada sekeliling.

Senyum termasuk proses penting bagaimana seseorang itu mampu menerima kehidupannya. Berawal dari senyum semua hal akan terasa lebih ringan. Sebab senyum dapat menstimulasi seseorang berpikir positif dan menghadirkan sikap yang lebih tulus dalam mengerjakan sesuatu. Kemampuan tersenyum itu juga terkait dengan kadar kematangan seseorang dalam menyikapi problema kehidupan. Ketidakmampuan seseorang menerima keadaan dan selalu berpikir negatif merupakan faktor penyebab susah tersenyum.

Ada jurus khusus untuk menghadirkan senyum walau hati sedang tak enak. Tarik napas dan tahan napas selama sepuluh detik lalu hembuskan kembali. Latihan pernapasan ini dapat melancarkan aliran darah sehingga menghambat stres yang akan datang. Atur pikiran kita untuk lebih fleksibel. Setelah suasana terkendali barulah memutar otak untuk mendapatkan solusi masalah. Bersikaplah pasrah dan ikhlas dengan mengandalkan kekuatan doa. Lantas tersenyumlah. If you smile the world smile with you..........!

~KEEP SMILE ~
^_~

P4c@r4N ?????

Rasanya tidak aneh kalau setiap anak remaja saat ini sudah mengenal arti kata berpacaran, karena anak SD saja sudah mengerti dan bahkan sudah ada yang coba-coba "nyebur". Tidak ada yang salah, juga tidak ada yang bisa melarangnya. Bahkan, Alkitab sendiri tidak gamblang membahas hal pacaran ini, karena di zaman dulu, Alkitab cuma menjabarkan kisah cinta yang langsung jadi alias menikah tanpa perosesi pacara. Benar atau tidak sih berpacaran?
Kalau kamu sedang menjalani proses pacaran, atau yang baru saja akan melakukannya, coba deh pertimbangkan beberapa hal berikut.

1.Mengerti Arti Dan Tujuan Berpacaran
Berpacaran, sebenarnya adalah masa dimana kita melakukan pendekatan sebelum menikah. Ini sudah termasuk tahap serius dan bukan sekedar mencoba-coba. Tahap memilih siapa orang yang cocok adalah pada masa kita bersahabat dengan banyak orang. Pacaran bukan untuk "Having Fun" (Bersenang-Senang). Jadi, untuk kamu yang masih muda, ada baiknya kamu bertanya kepada diri sendiri, apakah kamu siap menikah? Untuk apakah kamu mengambil komitmen bersama seseorang di usia yang muda ini? Jangan jadikan pacaran hanya untuk kebanggan di depan teman-teman, pelarian karena kurang kasih dari orang tuamu, atau hanya untuk pergi bersenang-senang.

2.Perhitungkan Segala Sesuatu
Siapa bilang berpacaran tidak kenal untung ruginya? Untuk beberapa hal, pacaran memang terlihat asyik, karena kamu bisa bergandengan tangan dengan seseorang yang kau "SUKA", di mall atau sambul nonton film di bioskop,dll. Namun, ada baiknya kamu tidak meremehkan hal yang lainnya. Pacaran di masa sekolah dapat mengganggu aktifitasmu.
Belum lagi kalau kamu sedang bertengkar hebat di masa ujian berlangsung, yang pasti akan membuatmu susah konsentrasi. Perhitungkan juga keuangan yang ada, kecuali kalau kamu sudah berkerja. Pemborosan terbesar adalah pada saat kamu berpacaran tanpa tujuan dan hanya untuk bersenang-senang saja, padahal uang yang kamu pakai itu dari orangtuamu. Lebih baik tabung uangmu supaya lebih hemat.

3.Bahaya Lain Dalam Pacaran
Usia matang untuk memulai berpacaran adalah minimal umur 21 tahun. Karena menurut survei, pada usia tersebut kemampuan seseorang untuk menyelesaikan konflik sudah cukup. Siap pacaran berari juga untuk disakiti, begitu kata orang. Ini benar, sebab konflik akan selalu terjadi. Bila konflik tidak terselesaikan maka akan berakhir dengan tangisan dan sakit hati. Belum lagi dapaet terjadinya seks bebas saat berpacaran. Menurut beberapa media cetak, saat ini ada 40 orang dari 100 orang anak gadis yang sudah pernah melakukan hubungan seks dengan pasangan mereka. Kehamilan saat berpacaran juga banyak terjadi di kalangan anak remaja.

4.Pasangan Tidak Seiman
Sepertinya ini mulai jadi trend anak remaja dalam memilih pacar. Padahal udah jelas-jelas firman Tuhan bilang agar kita jangan memilih pasangan yang tidak seiman. Jangan jadikan masa pacaran sebagai misi misionaris atau penginjilan. Kalau kamu memang mau, tunggulah sampai orang itu benar-benar mengenal Tuhan. Dampaknya Sangat Panjang dan buruk, bahkan bisa membuat rohanimu menjauh dari Tuhan. Saat ini, biarkan Tuhan persiapakn kedewasaanmu. Ambil keputusan untuk pacaran bila memang waktunya sudah punya target untuk segera menikah.



Nah. . .sekarang kembali kepada orangnya sendiri bagaimana memandang pacaran itu!
Apakah baik atau tidaknya tergantung kita yang meyakininya.
Kemudian apa pendapat kalian sendiri tentang pacaran itu?????

Minggu, 15 November 2009

PASKIBRAKA IS THE BEST

PASKIBRAKA sebutan itu sudah saya dapat meskipun hanya di tingkat Kabupaten. 17 Agustus 2009 kemarin saya adalah salah satu Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Kabupaten Banjar. penuh perjuangan untuk bisa seperti itu, dari seleksi yang memerlukan waktu dari 6 bulan sebelumnya sampai pada akhirnya karantina selama 2 minggu. salah satu kebanggaan tersendiri bagi saya bisa menjadi seorang PASKIBRAKA.
Sebelum seperti itu saya adalah seorang anggota PASKIBRA di SMA N 1 Martapura. PASKIBRA sudah banyak membuat diri saya sedikit berubah. So, PASKIBRA bukan sebuah organisasi yang hanya main fisik dan mental saja, dari PASKIBRA SEMUA perilaku kita bisa berubah 180 derajat. meskipun kadang membuat kita sakit tapi dibalik semua itu ada perubahan yang menguntungkan kita.



Sejarah Paskibraka Indonesia PDF Print E-mail

( Pasukan Pengibar Bendera Pusaka)
Logo PaskibrakaBeberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama. Presiden Soekamo memberi tugas kepada ajudannya,Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara peringatanDetik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, dihalaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta

Pada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang kelak akan menggantikan para pemimpin saat itu. Pengibaran bendera pusaka bisa menjadi simbol kesinambungan nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah yang harus mengibarkan bendera pusaka. Dari sanalah kemudian dibentuk kelompokkelompok pengibar bendera pusaka, mulai dari lima orang pemuda - pemudi pada tahun 1946 —yang menggambarkan Pancasila.

Husein MutaharNamun, Mutahar mengimpikan bila kelak para pengibar bendera pusaka itu adalah pemuda-pemuda utusan dari seluruh daerah di Indonesia. Sekembalinya ibukota Republik Indonesia ke Jakarta, mulai tahun 1950 pengibaran bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan Rl sampai tahun 1966. Para pengibar bendera itu memang para pemuda, tapi belum mewakili apa yang ada dalam pikiran Mutahar. Tahun 1967, Husain Mutahar kembali dipanggil Presiden Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah pengibaran bendera pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti ia bisa melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda dari seluruh Indonesia. tersirat dalam benak Husain Mutahar akhirnya menjadi kenyataan. Setelah tahun sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun 1968 didatangkanlah pada pemuda utusan daerah dari seluruh Indonesia untuk mengibarkan bendera pusaka. Sayang, belum seluruhnya provinsi bisa mengirimkan utusannya, sehingga pasukan pengibar bendera pusaka tahun itu masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967.

Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Nama, pada kurun waktu itu memang belum menjadi perhatian utama, karena yang terpenting tujuan mengibarkan bendera pusaka oleh para pemuda utusan daerah sudah menjadi kenyataan. Dalam mempersiapkan Pasukan Penggerek Bendera Pusaka, Husein Mutahar sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan Pramuka) tentu tak dapat bekerja sendiri. Sejak akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari Drs Idik Sulaeman yang dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dari Departemen Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan. Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu mempersiapkan konsep pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental, maupun spiritual. Latihan yang merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”. Setelah melengkapi silabus latihan dengan berbagai atribut dan pakaian seragam, pada tahun 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar. ”Bagaimana kalau pasukan pengibar bendera pusaka kita beri nama baru,” katanya. Mutahar yang tak lain mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka menganggukkan kepala. Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak sukar diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya. Akronim itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. ”Pas” berasal dari kata pasukan, ”kib” dari kata kibar, ”ra” dari kata bendera dan ”ka” dari kata pusaka. Idik yang sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itupun juga segera memainkan kelentikan tangannya dalam membuat sketsa. Hasilnya, adalah berbagai atribut yang digunakan Paskibraka, mulai dari Lambang Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan sampai Tanda Pengukuhan (Lencana Merah-Putih Garuda/MPG). Nama Paskibraka dan atribut baru itulah yang dipakai sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan akronim Paskibraka memang sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter televisi saat melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka. Bahkan, tak jarang wartawan media cetak masih ada yang salah menuliskannya dalam berita, misalnya dengan ”Paskibrata”. Tapi, bagi para anggota Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang terlibat di dalamnya, kata Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh kebanggaan.

Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun akan dilikuidasi. Itu terjadi pada tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia dijabat oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata ”pusaka” yang ada dalam akronim Paskibraka dianggap Gus Dur mengandung makna ”klenik”. Untunglah, dengan perjuangan keras orang orang yang berperan besar dalam sejarah Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk melikuidasi Paskibraka dapat dicegah. Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, pada pasal 4 jelas-jelas menyebutkan: (1) BENDERA PUSAKA adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. (2) BENDERA PUSAKA hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus. (3) Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak berlaku bagi BENDERA PUSAKA. (Pasal 22: Apabila Bendera Kebangsaan dalam keadaan sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka bendera itu harus dihancurkan dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar). Itu berati, bila Presiden ngotot mengubah nama Paskibraka, berarti dia melanggar PP No. 40 Tahun 1958. Presiden akhirnya tidak jadi membubarkan Paskibraka, tapi meminta namanya diganti menjadi ”Pasukan Pengibar Bendera Merah-Putih” saja. Hal ini di-iyakan saja, tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan media massa, nama pasukan tak pernah diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun sejarah 32 tahun tetap seperti apa adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang dilengserkan.
Sumber : Bulletin Paskibraka 78, Edisi Juni 2007
Penulis : Syaiful Azram



Sejarah Berdirinya Organisasi PASKIBRA SMAMA

Organisasi Paskibra SMAMA dirintis pada tahun 1998 oleh 3 mantan Paskibra Kabupaten tahun 1997, yaitu:

1. Rahmat Setiady

2. Dedy Dwi Prasetyo (alm.)

3. Taufik Ridho

PPS pertama kali dprogramkan dan diusulkan dalam suatu rapat inventarisasi organisasi yang dilaksanakan oleh OSIS pada bulan September, rapat ISB dipimpin oleh Ketua OSIS sekaligus mantan Paskibra Kabupaten tahun 1998, M. Akhyar Fauzi. Ketua OSIS mempertimbangkan dan membicarakannya dengan pihak sekolah untuk kemudian menyetujui usulan ISB. Dan terbentuklah organisasi Paskibra dengan kepengurusan pertama kali sebagai berikut.

Kepengurusan PASKIBRA SMUMA I 1998/1999

  1. Ketua Umum merangkap Ketua Harian : M. Noor Fitriyadi
  2. Wakil Ketua : Eko Brahmono Mulyo
  3. Sekretaris Umum : Ni’mah Fitria
  4. Sekretaris I : Nismira Chaliantina
  5. Bendahara Umum : Eliana Jony
  6. Seksi Diklat : Yusuf Yuliadi
  7. Seksi Diklat : M. Akhyar Fauzi

Kepengurusan PPS pertama kali ini terdiri dari 5 mantan Paskibra Kabupaten tahun 1998 dan dibantu dua orang junior angkatan pertama, Eliana Jony (Bendahara Umum) dan Nismira Chaliantina (Sekretaris I).

Nama Purna Paskibra SMAMA baru diberlakukan pada bulan Maret tahun 1999 melalui kesepakatan pengurus yang semula hanya bernama Paskibra SMUMA. Organisasi PPS resmi menjadi organissi 4P pada tanggal 10 Juni 1999.


PDF Print E-mail


PURNA PASKIBRAKA INDONESIA
Dari Dulu Hingga Kini

Logo Purna Paskibraka IndonesiaCikal bakal berdirinya organisasi alumni Paskibraka sebenarnya dimulai secara nyata di Yogyakarta. Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna) Paskibraka tingkat Nasional yang ada di Yogya, berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni, lalu mereka menyampaikan keinginan itu kepada para pembina di Jakarta. Para pembina lalu menawarkan sebuah nama, yakni REKA PURNA PASKIBRAKA yang berarti ikatan persahabatan para alumni Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu kemudian digodok lagi dan akhirnya disepakati menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA (PEP) Yogyakarta, yang artinya wadah berhimpun dan pengabdian para alumni Paskibraka. PEP DI Yogya resmi dikukuhkan pada 28 Oktober 1976. Seiring dengan itu, para alumni Paskibraka di Jakarta kemudian meneruskan gagasan pendirian organisasi REKA PURNA PASKIBRAKA (RPP). Sementara di Bandung, berdiri pula EKA PURNA PASKIBRAKA (EPP). Namun, dalam perkembangannya, ketiga organisasi itu belum pernah melakukan koordinasi secara langsung untuk membentuk semacam forum komunikasi di tingkat pusat. Sementara itu, di daerah lain belum ada keinginan untuk membentuk organisasi, karena jumlah alumninya masih sedikit — berbeda dengan Jakarta, Bandung dan Yogya yang menjadi kota tujuan para alumni Paskibraka untuk melanjutkan sekolah. Sampai awal 80-an, alumni Paskibraka di daerah lain hanya dibina melalui Bidang Binmud Kanwil Depdikbud. Mereka selalu dipanggil sebagai perangkat dalam pelaksanaan berbagai upacara dan kegiatan. Mereka dilibatkan dalam kegiatan pembinaan generasi muda, karena dianggap potensial sesuai predikatnya.

Tahun 1980, Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM) berinisiatif untuk mendayagunakan potensi alumni berbagai program yang telah dilaksanakan, termasuk program pertukaran pemuda Indonesia dengan luar negeri (saat itu baru CWY atau Indonesia-Kanada dan SSEAYP atau Kapal Pemuda ASEAN-Jepang). Organisasi itu diberi nama PURNA CARAKA MUDA INDONESIA (PCMI). Maka, selain di Jakarta, Bandung dan Yogya, seluruh Purna Paskibraka di daerah lainnya digabungkan dalam PCMI. Hal itu berlangsung sampai tahun 1985, ketika Direktorat PGM ”menyadari” bahwa penggabungan Purna Paskibraka dengan alumni pertukaran pemuda bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Karena itu, sebagai hasil dari Lokakarya Pembinaan Purna Program Binmud di Cisarua, Bogor —yang dihadiri oleh para Kabid Binmud seluruh Indonesia serta para alumni Paskibraka dan pertukaran pemuda— dikeluarkan SK Dirjen Diklusepora No. Kep.091/ E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985 yang memisahkan para alumni dalam dua organisasi, masing-masing PCMI untuk alumni pertukaran pemuda dan PURNA PASKIBRAKA INDONESIA (PPI) untuk alumni Paskibraka. Dengan alasan untuk menjaga agar keputusan itu tidak ”mencederai hati” para Purna Paskibraka yang telah lebih dulu mendirikan PEP, RPP dan EPP, maka ditetapkanlah bahwa PPI adalah organisasi binaan Depdikbud yang bersifat regionalprovinsial. Artinya, organisasi itu ada di tiap provinsi namun tidak mempunyai Pengurus di tingkat pusat. Itu, sebenarnya sebuah pilihan yang sulit, bahkan ”absurd”. Bagaimana sebuah organisasi bernama sama dan ada di tiap provinsi tapi tidak mempunyai forum komunikasi dan koordinasi di tingkat pusat. Ternyata, hal itu dipicu oleh kekhawatiran organisasi kepemudaan ”tunggal” asuhan pemerintah yang melihat PPI adalah sebuah ancaman. Namun, dengan kegigihan para Purna Paskibraka yang ada di Jakarta, akhirnya kebekuan itu dapat dicairkan. Empat tahun harus menunggu dan bekerja keras untuk dapat menghadirkan Pengurus PPI daerah dalam sebuah Musyawarah Nasional (Munas). Tanggal 21 Desember 1989, melalui Munas I di Cipayung, Bogor, terbentuklah secara resmi PPI Pusat, lengkap dengan perangkat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).